Sekarang ini ada banyak orang yang semakin terkena tekanan mental mau itu dari keluarga sampai lingkungan sekitar yang mereka miliki. Salah satunya adalah terjadi distorsi kognitif yang menyebabkan munculnya pola pikir negatif dari seseorang. Tapi, apa sebenarnya distorsi kognitif itu?
Mengenal Distorsi Kognitif
Distorsi kognitif merupakan sebuah pola pemikiran yang berlebihan dan dapat membuat anda untuk meyakinkan diri dalam mempercayai hal-hal negatif mengenai diri sendiri, dunianya, orang sekitar, serta lingkungan yang belum tentu benar adanya. Jika pemikiran seperti ini akan terjadi secara terus-menerus, kemungkinan bisa membuat seseorang melihat hal-hal yang lebih negatif daripada hal sebenarnya.
Jadi, distorsi kognitif sendiri juga bisa disebut sebagai gejala psikologis yang akan mengganggu kehidupan seseorang maupun hubungan sosial dengan orang lain.
Macam- Macam Distorsi Kognitif
Distorsi kognitif sendiri dapat berdampak cukup serius terhadap kesehatan mental seseorang, yang nantinya akan menyebabkan peningkatan stres, depresi, sampai kecemasan. Jika lama dibiarkan, pola pikir tersebut bisa semakin melekat dan juga mempengaruhi cara rasional serta logis dari seseorang untuk mengambil suatu keputusan. Jika ingin memahami tentang kesehatan mental satu ini, penting untuk anda mengenali berbagai macamnya.
Berikut terdapat beberapa macam-macam distorsi kognitif yang perlu untuk diketahui,
1. Muncul Pemikiran yang terpolarisasi
Terkadang juga disebut dengan pemikiran hitam dan putih, distorsi jenis ini akan terjadi saat seseorang terbiasa berpikir dengan cukup ekstrim. Seperti sudah meyakini jika dirinya telah ditakdirkan untuk sukses maupun gagal, jika orang-orang di sekitarnya merupakan malaikat atau iblis.
2. Adanya Over generalisasi
Ketika orang sudah menggeneralisasi atau menyamaratakan, mereka akan mencapai kesimpulan mengenai satu peristiwa yang kemudian akan salah dalam menerapkan kesimpulannya. Contoh dari distorsi kognitif ini adalah saat seseorang mendapat nilai rendah di ujian fisika, kemudian ia menyimpulkan jika ia putus asa pada pelajaran fisika secara umum.
Dia juga bisa saja mempunyai pengalaman negatif dalam suatu hubungan yang kemudian akan mengembangkan keyakinan jika ia sama sekali tidak pintar dalam menjalani hubungan. Generalisasi yang berlebihan ini dapat dikaitkan dengan adanya gangguan stres dari pasca-trauma serta gangguan kecemasan yang lain.
3. Catastrophizing atau Pemikiran bencana
Jenis yang satu ini biasanya akan membuat seseorang takut atau bahkan akan menganggap yang terburuk ketika sedang dihadapkan dengan hal yang tidak ia ketahui. Ketika orang sedang mengalami bencana, kekhawatiran biasa saja bisa dengan cepat meningkat semakin buruk.
Contoh dari dari jenis distorsi kognitif ini adalah, gaji yang sedang ditunggu-tunggu sedang mengalami kemunduran. Seseorang yang memiliki catastrophizing mungkin saja mulai takut jika gajinya akan semakin lama dikirim dan mengakibatkan tidak bisa membayar kontrakan maupun listrik dan membuat semua keluarga diusir dari rumah.
4. Mental filtering
Pola pikir yang lainnya adalah memiliki kecenderungan untuk mengesampingkan hal-hal positif dan malah lebih berfokus dengan hal-hal yang negatif. Mengartikan keadaan dengan menggunakan mental filtering secara negatif ini bukan hanya tidak akurat, tetapi juga dapat memperburuk semua rasa cemas dan depresi seseorang.
Peneliti juga telah menemukan jika seseorang mempunyai perspektif negatif tentang diri sendiri maupun masa depannya, hal tersebut akan menyebabkan perasaan putus asa. Pikiran satu ini mungkin juga dapat menjadi ekstrem dan akan memicu pikiran untuk bunuh diri.
Lantas, apakah anda telah terjebak salam distorsi kognitif ini? Jika iya, anda tentu perlu mengatasinya agar kedepannya tidak muncul pemikiran yang buruk. Anda bisa berdiskusi dengan orang yang anda percayai, maupun langsung ke dokter untuk membantu.