Secara sederhana, Anosmia adalah masalah kehilangan kemampuan mencium aroma. Masalah ini dapat berupa kehilangan kepekaan mencium aroma sampai tidak dapat mengenali aroma sama sekali. Selain itu, Anosmia dapat berupa masalah sementara yang dapat kembali normal secara alami, tapi ada juga yang merupakan kelainan permanen.
Efek Gangguan Anosmia
Anosmia menjadi topik hangat beberapa tahun terakhir berkat pandemi COVID-19. Virus ini dapat menyebabkan Anosmia dalam bentuk ringan sampai parah permanen. Parah permanen di sini bukan 100% kehilangan kemampuan mencium aroma, tapi permanen tidak sensitif mendeteksinya.
Penciuman yang tidak pagi tajam, tidak boleh diremehkan. Banyak kegiatan dan profesi bergantung pada daya penciuman. Contoh untuk kegiatan memasak. Jika tidak sensitif pada aroma, mengidentifikasi kualitas bahan makanan dan tingkat kematangan masakan akan menjadi sulit.
Banyak orang yang menderita Anosmia mengaku kehilangan banyak stimulasi dalam hidup. Contoh saja saat makan. Menikmati makanan tidak hanya dari segi rasa, aroma juga mempengaruhi persepsi otak tentang cita rasa makanan. Tanpa kemampuan mencium aroma makanan, korban Anosmia tidak dapat nikmati makanan secara optimal.
Faktor Penyebab Anosmia
Gangguan Anosmia adalah masalah yang bisa terjadi karena bawaan lahir dan juga faktor eksternal seperti COVID-19. Selain dua penyebab tersebut, masih ada banyak faktor lain yang dapat kurangi kemampuan mencium aroma. Berikut adalah beberapa faktor yang oaling umum sebagai penyebab Anosmia lainnya:
- Gangguan obstruksi hidung
- Trauma kepala
- Kerusakan syaraf
- Penuaan
- Neurodegenerative
- Karena pengobatan radiasi
- Efek samping obat
- Penyakit bawaan
- Reaksi alergi
- Efek samping konsumsi rokok jangka panjang
Karena banyak penyebabnya, penderita Anosmia disarankan langsung kunjungi dokter terdekat pemeriksaan lebih lanjut. Setiap penyebab Anosmia mengharuskan penanganan yang berbeda. Jika tidak tahu persis akar masalahnya, pengobatan yang dilakukan pasti tidak optimal.
Tangani Anosmia Ringan
Selain periksa ke dokter, ada beberapa cara lain tangan masalah Anosmia yang disebabkan hal ringan seperti reaksi alergi dan obstruksi hidung. Untuk Anosmia yang disebabkan dua hal tersebut, konsumsi obat umumnya sudah membantu.
Untuk Anosmia karena alergi, obat pereda alergi seperti Antihistamin dapat membantu. Peradangan di area hidung akibat alergi dapat mengganggu kemampuan mencium aroma, jadi setelah radang alergi teratasi, kemampuan mencium akan kembali normal.
Untuk Anosmia karena obstruksi hidung, penanganannya akan tergantung penghalang di hidung. Jika hanya masalah pilek berat dan flu, obat bersin umumnya sudah membantu. Sering membuang lendir hidung saat pilek dan flu juga akan kurangi masalah obstruksi.
Masalah obstruksi lain bisa berupa benjolan di bagian dalam hidung. Obstruksi ini bisa berupa jerawat dalam hidung atau luka. Jika hal ini terjadi, konsumsi obat peradangan dan antibiotik akan mempercepat penyembuhannya. Jika obstruksi karena benjolan dalam hidung mereda, Anosmia juga akan hilang.
Sekian bahasan tentang Anosmia. Masalah Anosmia adalah hal yang terkesan remeh, tapi dapat menjadi tanda masalah serius seperti kerusakan syaraf, terjangkit COVID-19 dan trauma otak. Karena seperti ini, pastikan periksa ke dokter segera jika mengalaminya!