Selama ini, rasanya wajar jika Anda bertanya-tanya apa itu HIV dan apakah HIV sama dengan AIDS. Melalui artikel ini, Anda bisa simak rangkuman penjelasan tentang virus HIV alias human immunodeficiency virus, serta hubungannya dengan AIDS. Selamat membaca!
Apa Itu HIV?
Lantas, apa itu HIV, ya? Jenis virus yang satu ini dapat merusak sistem kekebalan tubuh dengan cara menginfeksi serta menghancurkan sel tertentu, yang disebut sebagai sel CD4. Ketika jumlah sel CD4 yang hancur semakin banyak, daya tahan tubuh penderitanya akan semakin melemah, dan membuatnya semakin rentan terkena serangan penyakit.
Ketika seseorang yang sudah terinfeksi virus HIV tidak segera mendapatkan penanganan yang dibutuhkan, kondisi tersebut akan berkembang menjadi tambah serius. Nah, kondisi itulah yang kemudian disebut sebagai acquired immunodeficiency syndrom, alias AIDS.
Pada pasien yang terinfeksi HIV, AIDS bisa dibilang sebagai penyakit stadium akhir. Pasalnya, pasien HIV yang sudah mencapai tahap AIDS sudah sepenuhnya kehilangan kemampuan untuk melawan infeksi, bahkan infeksi yang sifatnya cenderung ringan sekalipun.
Hanya saja, bagaimana ya penularan virus HIV terjadi? Penularan virus HIV dapat terjadi ketika virus melakukan kontak dengan cairan tubuh. Contohnya darah, cairan anus, cairan vagina, sperma, hingga ASI.
Perlu Anda catat bahwa virus HIV tidak akan menular lewat air, keringat, udara, air mata, gigitan nyamuk, air liur, ataupun sentuhan fisik.
Tak hanya itu saja, infeksi HIV merupakan penyakit yang bisa disebut sebagai penyakit seumur hidup. Dengan begitu, virus HIV akan terus menetap di dalam tubuh pasien seumur hidupnya. Apalagi karena hingga saat ini belum ada metode pengobatan yang sudah terbukti secara klinis dapat mengobati HIV.
Terlepas dari itu, saat ini sudah ada obat yang dapat membantu memperlambat perkembangan penyakitnya. Dengan demikian, harapan hidup pasien penderita infeksi HIV pun bisa meningkat.
Gejala Infeksi HIV dan AIDS
Bagaimana, sekarang Anda jadi lebih paham soal apa itu HIV sera perbedaannya dengan AIDS, kan? Kalau begitu, seperti apa ya gejala yang dialami oleh pasien infeksi HIV dan AIDS, ya?
Sering kali, penderita akan mengalami flu ringan dalam kurun waktu 2 hingga 6 minggu sejak ia terinfeksi dengan virus HIV. Selain itu, flu yang dialami pun dapat disertai dengan gejala-gejala lain yang bisa bertahan selama kurun 1 hingga 2 minggu.
Hanya saja, apabila kondisi flu terlihat membaik, rupanya hal tersebut tidak serta-merta jadi sinyal positif. Pasalnya, setelah flu mereda, gejala-gejala lainnya sering kali tidak akan muncul, bahkan selama bertahun-tahun. Padahal, virus HIV yang telah menginfeksi sedang merusak kekebalan tubuh secara terus-menerus.
Ketika kondisinya sudah semakin parah dan fungsi kekebalan tubuh akhirnya berkurang total atau malah sepenuhnya hilang, penderita pun memasuki stadium lanjut, alias AIDS.
Oleh karena alasan itulah para pasien penderita AIDS baru tahu kalau ia ternyata sudah terserang dan terinfeksi virus HIV ketika kondisinya sudah semakin parah sehingga baru memeriksakan diri ke dokter. Biasanya, penyakit parah yang terjadi adalah pneumonia, diare kronis, toksoplasmosis otak, dan bahkan penurunan berat badan yang sangat drastis, alias cachexia.
Ketika dokter sudah mendiagnosis pasien dengan AIDS, dokter akan memberikan pengobatan berupa terapi ARV alias antiretroviral. Pengobatan ini bekerja dengan cara mencegah virus HIV agar tidak terus bertambah banyak, sehingga virus tersebut pun tidak akan terus-menerus menyerang sistem daya tahan tubuh.