Apa itu PMO? Anda yang belum pernah mendengarnya pasti penasaran dengan kepanjangan singkatan tersebut. Rupanya PMO merupakan akronim porn, masturbation, orgasm yang merujuk pada aktivitas seksual yang dicapai sambil menyaksikan tayangan yang merangsang libido.
PMO dapat berdampak negatif saat dilakukan secara berlebihan. Orang-orang yang kecanduan bahkan berisiko mengalami masalah mental dan membutuhkan perawatan khusus. Lalu, apakah ada penanganan yang dapat diterapkan untuk mengatasinya?
Efek samping PMO
Kecanduan adalah satu dari sekian efek samping PMO yang dibiarkan dalam waktu lama. Tingkat keparahannya pun terbilang tinggi saat kebiasaan buruk ini dilakukan sejak remaja. Seseorang yang sulit melepaskan diri dari PMO juga akan mengalami perubahan persepsi seksual yang dampaknya tak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Adapun efek samping lain yang perlu diketahui setelah memahami apa itu PMO adalah:
- Berkurangnya keintiman. Sebuah studi yang dipublikasikan pada Wiley Online Library mengungkapkan, pria yang sering menyaksikan konten pornografi cenderung menarik diri secara emosional dari pasangan. Akibatnya, mereka tak bisa lagi merasakan keintiman sebagai pasutri, bahkan salah satu di antaranya rentan mengalami depresi;
- Menurunnya kepuasan berhubungan badan. Berhubungan dengan poin sebelumnya, keintiman yang berkurang turut menurunkan kepuasan berhubungan badan. Apalagi kalau kedua belah pihak memaksakannya, orgasme mustahil dicapai. Hal ini disebabkan pihak yang kecanduan PMO menaruh ekspektasi tak realistis kepada pasangan;
- Meningkatkan risiko masalah mental. Bukan hanya depresi, rasa bersalah serta kecemasan kerap menghantui orang-orang yang mengonsumsi konsumsi PMO. Mereka pun mempunyai persepsi tubuh serta citra diri yang melampaui batas normal, sehingga kondisi psikologis dan emosionalnya tak stabil.
Langkah-langkah mengatasi PMO
Ketika mempelajari apa itu PMO, Anda juga perlu mengetahui cara mengatasinya. Dengan begitu, efek samping dari kebiasaan ini dapat ditekan sejak dini.
- Cognitive behavioral therapy. Dikenal juga sebagai CBT, terapi perilaku kognitif bertujuan untuk membantu seseorang mengenali serta mengatur pola pikir yang memicu perilaku tertentu, diantaranya mengonsumsi konten pornografi. Jenis terapi ini menjadi salah satu solusi efektif yang dapat diterapkan pada pengidap PMO;
- Acceptance and commitment therapy. Jenis terapi yang hampir sama dengan CBT ini menekankan pada penerimaan sebagai cara pengelolaan pikiran-pikiran negatif. Untuk itu pula jenis terapi ini dapat dipadukan dengan CBT supaya pengidap PMO tak mengulangi kesalahannya;
- Terapi psikodinamik. Selanjutnya ada terapi psikodinamika atau psikoanalisis yang akan mengajak pengidap mengungkapkan ingatan maupun pikiran yang mengantarkan mereka pada PMO. Setelah mengetahui faktor pemicu pada apa itu PMO, akan mudah mencarikan solusi untuk menanganinya;
- Konsumsi obat antidepresan. Pada kasus yang telah menyebabkan depresi, pengidap PMO disarankan mengonsumsi obat antidepresan. Kandungan dalam obat-obatan tersebut diharapkan mengurangi dorongan seksual akibat kecanduan konten meski ada efek samping yang perlu diantisipasi;
- Mengubah pola hidup. Selain terapi dan konsumsi obat, pengidap PMO perlu dibimbing untuk mengubah pola hidup. Misalnya dengan memblokir sumber akses materi yang sering mereka gunakan. Kemudian, isi waktu luang dengan berbagai aktivitas yang menyehatkan secara fisik maupun mental.
Diskusi dengan pasangan dan ahli pun menjadi langkah lainnya yang membantu seseorang dalam mengenali apa itu PMO. Prosesnya pasti akan sulit di awal, tetapi dukungan dan pemahaman yang baik diharapkan membantu pengidap terlepas dari kebiasaan buruk untuk mendapatkan kehidupan lebih baik.
